Kejadian miris dan menyesakkan itu dialami Keluarga Almarhum Zainuddin, salah seorang warga Nagari Batu Manjulur, Kecamatan Kupitan, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, Sabtu (02/05/2020). Ironisnya, Nagari Batu Manjulur hanya berjarak sekitar 28 km dari ibukota kabupaten di Muaro Sijunjung.
Ketua Ikatan Keluarga Perantau Batu Manjulur (IKPB) April Muhammad mengungkapkan, masyarakat Nagari Batu Manjulur kini benar-benar sedih. Karena pada hari ini, Sabtu (02/05/2020) warga menyaksikan satu lagi jenazah, yakni almarhum Mak Zainuddin terpaksa digotong bersama menyeberangi sungai oleh masyarakat, karena belum dibangunnya kembali pengganti jembatan yang hanyut karena air bah.
"Untuk kesekian kalinya kembali keluhan ini kami sampaikan kepada Bapak/Ibu pemangku kepentingan di jajaran Pemkab Sijunjung. Warga Batu Manjulur sangat berharap jembatan yang sangat dibutuhkan masyarakat dapat dibangun kembali secepatnya. Paling tidak jembatan darurat yang bisa digunakan dalam waktu lama, sebelum jembatan permanen dibangun lagi," ungkap April Muhammad yang dihubungi Awak Redaksi Harian Amanah News dan media online www.amanahnews.com, Sabtu.
April Muhammad menjelaskan, pada hari itu para kerabat almarhum dan warga Nagari Batu Manjulur, Kupitan, bermaksud untuk memakamkan jenazah (almarhum) Mak Zainudddin yang berada di pandam pekuburan di seberang sungai. Namun, karena tidak ada jembatan terpaksa jenazah digotong menyeberang sungai Batang Lawas yang dalam dan berarus deras.
"Ini kan riskan. Kalau tiba-tiba saja para penggotong jenazah terpeleset dan kecebur di sungai, malah yang terjadi jatuhnya korban baru. Makanya, masyarakat Batu Manjulur mengharapkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk secepatnya mencari solusi, sementara waktu bisa dengan membangun jembatan darurat yang lebih kokoh," ujar April.
Dia menyebutkan, sebetulnya dulu ada jembatan membentang sungai selebar puluhan meter itu. Namun, akibat dihantam banjir bandang pada bulan Februari 2020 yang lalu, jembatan permanen di situ ambruk dan hanyut.
Menurut April Muhammad, penderitaan masyarakat Batu Manjulur ini berawal dari banjir bandang yang terjadi pada tanggal 8 Februari 2020 yang lalu. Hari itu Nagari Batu Manjulur dihantam banjir bandang dahsyat yang menyebabkan jembatan permanen yang baru saja selesai dibangun, hanyut dilindas arus air bah. Selain menghanyutkan jembatan, banjir juga merusak lahan pertanian warga setempat.
Ironisnya, jembatan permanen itu malah hanyut dihantam banjir bandang pada bulan Februari 2020 dan hingga kini ternyata dibiarkan begitu saja oleh Pemerintah Kabupaten Sijunjung tanpa ada upaya membangun baru, walaupun hanya sekedar jembatan darurat untuk sementara waktu.
Sebetulnya, kata April, masyarakat bersama para perantau Batu Manjulur sudah berinisiatif membangun jembatan darurat beberapa waktu lalu. Akan tetapi, baru 2 bulan jembatan darurat digunakan, malah hanyut lagi karena banjir susulan.
"Terus terang mewakili masyarakat Batu Manjulur, kami ingin sampaikan bahwa jembatan ini sangat strategis artinya bagi warga. Selain sebagai akses ke pemukiman dan lahan pertanian, jembatan ini juga digunakan warga untuk membawa jenazah warga yang meninggal karena pandam pekuburan berada di seberang sungai. Sesuai kesepakatan Ninik Mamak (KAN) dan masyarakat setempat, warga Batu Manjulur yang meninggal memang harus dimakamkan di lahan pekuburan di seberang sungai Batang Lawas," ungkap April Muhammad menambahkan.
April yang juga dosen di salah satu perguruan tinggi di Padang itu juga melukiskan, dalam dua hari belakangan ini saja sudah dua jenazah warga Batu Manjulur yang terpaksa harus digotong melewati sungai karena ketiadaan jembatan itu. Selain jenzah Zainuddin sebelumnya juga jenazah Nusiwar yang harus digotong warga menyeberang sungai. ZET
Tulis Komentar